Minggu, 09 Desember 2012

PROGRAM KERJA BIDANG III



UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN MAHASISWA (III)

NO
NAMA KEGIATAN
PESERTA
WAKTU & TEMPAT
PELAKSANA
1
BAZZAR JURUSAN:
1.      BAZZAR VALENTINE
2.      BAZZAR HUT 3 MANAJEMEN
1.      Mahasiswa manajemen dan umum
2.      Mahasiswa manajemen dan umum
13,14,15 Februari 2012

11,12,13 Oktober 2012
HMJ Manajemen

Panitia HUT 3 Manajemen
2
JAKET JURUSAN
Seluruh Mahasiswa Manajemen
24 juni 2012
15 Agustus 2012
Bidang 3 HMJ Manajemen
3
SUKA DUKA:
1.      Menjenguk orang sakit
2.      Melayat atas meninggalnya orang tua Pt Juliana
3.      Melayat atas meninggalnya orang tua Dina

4.      Menjenguk Mahasiswa Smt 7 Sakit
5.      Undangan Pernikahan dosen manajemen
      (suarmanayasa)
6.      Menjenguk Istri dosen melahirkan (pak agus)


Anggota Bidang III
Anggota Bidang III

Anggota Bidang III

Anggota bidang III
Anggota HMJ dan Dosen

Anggota Bidang III

12 maret 2012
27 oktober 2012

10 September 2012

5 oktober 2012
19 Oktober 2012

3 Agustus 2012





Anggota Bidang III


4
TIRTA YATRA KE JAWA TIMUR
Mahasiswa Manajemen Smt 1,3,5
6 Oktober 2012
Panitia Tirta Yatra






SPANDUK SEMINAR DAN LOKAKARYA JURUSAN 2012



(download format PSD)

Kamis, 15 November 2012

LOGO BINTANG TAMU







LOGO FORMAL




LOGO SPONSOR KEGIATAN

























PROGRAM KERJA BIDANG I


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
KOORDINATOR BIDANG PENDIDIKAN DAN PENALARAN (I)


NO
NAMA KEGIATAN
PESERTA
WAKTU & TEMPAT
PELAKSANA
1
PELATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN (PDK)
Mahasiswa manajemen

25 Februari 2012
Panitia PDK Manajemen tahun 2012
2
Mahasiswa Manajemen
17 November 2012
Dosen manajemen dan
Panitia HUT Jurusan Manajemen tahun 2012
3
MENJALANKAN BLOG  HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN MANAJEMEN
Untuk seluruh Mahasiswa Manajemen dan umum
isidential
Anggota Bidang I


4
MEMBUAT MANAJEMEN  CORNER
  1. POSTER KONSENTRASI JURUSAN MANAJEMEN
  2. PAMFLET JURUSAN MANAJEMEN
Mahasiswa Manajemen


Asesor Akreditasi Jurusan Manajemen
6 Juni 2012


21 November 2012
Anggota Bidang I


Anggota Bidang I

Minggu, 11 November 2012

'Go Entrepreneur' (special Suara Dosen)

Suara Hati
'Go Entrepreneur'


BEBERAPA program pemerintah sudah dijalankan dan dimaksudkan sebagai solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan. Di antaranya program bedah rumah, di bidang kesehatan ada jaminan kesehatan Bali Mandara, bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan-bantuan lainnya. Namun dalam kenyataannya, program yang dijalankan oleh pemerintah belum mampu menyentuh pokok yang menimbulka
n masalah kemiskinan.

Seorang penulis buku tentang motivasi, Max Gunther mengatakan bahwa sistem pendidikan hanya akan melahirkan lulusan 'Sanglaritis' yang artinya mereka mempunyai mental buruh, yaitu ingin menjadi pegawai negeri atau pegawai swasta. Mereka kurang mampu dan mau menciptakan lapangan kerja sendiri. Sementara itu, pertumbuhan lapangan kerja semakin sempit. Jadi, tidak mengherankan jika setiap tahun jumlah pengangguran dari kaum intelek yang menyandang gelar pendidikan perguruan tinggi terus bertambah. Lalu pertanyaannya, siapa yang salah, mahasiswa, para orang tua, atau pemerintah? Jawabannya tentu tergantung dari sudut mana kita memandang. Kita tidak bisa mengambinghitamkan salah satu pihak.

Mengingat semakin meningkatnya jumlah pengangguran, maka sangat dibutuhkan solusi tepat untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan memulai dari diri sendiri mengubah paradigma berfikir, yang awalnya pencari kerja menjadi pencipta lapangan kerja (menjadi seorang entrepreneur). Untuk itu perlu diciptakan iklim yang dapat mengubah pola fikir, baik mental maupun motivasi orang tua, dosen dan mahasiswa. Virus yang menularkan anak bangsa untuk mengubah cita-cita dari pegawai atau karyawan menjadi mau dan mampu menciptakan lapangan kerja harus segera direalisasikan. Cita-cita yang ditanamkan orang tua kepada anak-anak sejak kecil untuk menjadi pegawai sebaiknya dinomorduakan. Bukan berarti menjadi pegawai tidak baik, tetapi akan lebih baik jika menjadi pengusaha yang mampu memberikan peluang pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan. Paling tidak, dengan menjadi entrepreneur diharapkan seseorang bisa mandiri dan tidak hanya tergantung pada rekrutmen CPNS.


I Nengah Suarmanayasa, SE.,M.Si
Dosen S1 Manajemen Undiksha Singaraja
Br. Selatnyuhan, Pengiangan, Susut, Bangli

Memutus Rantai Kemiskinan Melalui Pendidikan (special Suara Dosen)

Suara Hati
Memutus Rantai Kemiskinan Melalui Pendidikan


DIPANDANG dari sisi ekonomi, ada tiga penyebab kemiskinan. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan 
akses dalam modal. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya menjadi penyebab rendahnya tingkat upah yang diterima. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan.

Pendidikan dan kemiskinan itu ibarat dua kutub yang saling berhubungan. Seringkali kemiskinan menjadi penyebab anak didik kehilangan kesempatan atau haknya untuk mengenyam pendidikan. Di sisi lain, pendidikan adalah tol untuk mencerdaskan bangsa yang mampu memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri. Fakta di lapangan menyebutkan banyak anak-anak dari keluarga miskin yang kehilangan hak pendidikannya. Selama ini rakyat miskin telah terpasung oleh kemiskinannya untuk memperoleh pendidikan yang baik, termasuk mencari ilmu di perguruan tinggi. Akibat keterpasungan itulah realita yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin masih kerap terjadi. Rakyat miskin tidak bisa memperoleh pekerjaan yang baik di pasaran kerja karena kalah bersaing dengan rakyat yang memperoleh pendidikan yang lebih baik.

Cara bijak yang harus dilakukan pemerintah dalam konteks memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan adalah dengan memberikan beasiswa untuk rakyat miskin. Tetapi hal itu tidak cukup, secara bersamaan pemerintah harus memperluas lapangan pekerjaan dari perspektif kuantitas dan variasi keterampilan yang dibutuhkan. Investasi hendaknya diperluas jenisnya ke usaha-usaha yang bersifat padat karya bukan padat modal. Masyarakat Bali juga harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan sehingga mampu memasuki berbagai variasi segmentasi jenis pekerjaan yang tersedia.



I Nengah Suarmanayasa, S.E.,M.Si.
Dosen S-1 Manajemen Undiksha Singaraja
Br. Selatnyuhan, Pengiangan, Susut, Bangli

Generasi Muda dan Pendahulu Harus Duduk Bersama Mendiskusikan Solusi Terbaik Permasalahan Negara

Suara Mahasiswa
Generasi Muda dan Pendahulu Harus Duduk Bersama
Mendiskusikan Solusi Terbaik Permasalahan Negara




SETIAP manusia memiliki cara yang berbeda-beda untuk menyuarakan isi pikirannya. Namun apabila ada provokasi untuk melakukan tindakan yang merugikan masyarakat luas, sungguh disayangkan apabila mahasiswa sebagai kaum intelektual terprovokasi oleh hal seperti itu.

Malu melihat tayangan demo anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa di beberapa universitas negeri dan swasta yang ada di Indonesia. Melihat saudara kita melakukan hal yang seharusnya sebagai kaum intelektual tidak dilakukan malah dilakukan, sungguh miris. Sah-sah saja apabila kita ingin melakukan demo, karena negara ini adalah negara demokrasi. Namun, apakah harus dengan cara seperti itu meluapkan isi pikiran kita?

Sebagai generasi penerus bangsa, hendaknya antara generasi penerus dengan generasi terdahulu duduk berhadapan dan mendiskusikan apa solusi yang terbaik untuk setiap permasalahan pelik di negara ini.

Hal ini memang sulit dilakukan dalam situasi politik yang seperti ini, semua golongan ingin didengarkan apa isi pikirannya. Lalu, apabila semua golongan ingin isi pikirannya didengarkan, siapakah yang bersedia menjadi pendengar yang baik sekaligus menjadi penasihat yang baik?

Tentunya hal ini akan menjadi pekerjaan rumah bagi kita sebagai kaum intelektual dan bagi mereka yang sedang menjadi pejabat teras negeri ini.


Ni Kadek Yuliandari
Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha

Membangun Persepsi Intelektual Lewat Prilaku Rasional

Suara Mahasiswa
Membangun Persepsi Intelektual Lewat Prilaku Rasional



Menyampaikan aspirasi tak semudah yang kita bayangkan. Konsekuensi untuk tidak diterimanya kritik dan saran yang akan kita sampaikan harus bisa diterima dengan hati lapang. Saling toleransi dan menghargai harus ditanamkan sejak dini kepada generasi penerus agar nantinya dalam menyikapi masalah dapat ditempuh dengan jalur yang aman dan damai. Tentunya ini yang menjadi harapan dari masyarakat kepada kita sebagai kaum intelektual yang notabene dicap sebagai orang yang lebih pintar daripada mereka yang tidak mengecap ilmu pendidikan. Masyarakat luas pun akan mendukung tindakan kita apabila kita sudah mampu berperilaku tertib.

Perlu membenahi cara menyampaikan aspirasi dan menyelipkan tentang tata cara berdemo yang baik dalam kegiatan orientasi kehidupan kampus atau Ospek. Ini adalah cara yang paling tepat untuk mengantisipasi terjadinya demo anarkis dari mahasiswa yang merupakan calon-calon intelektual. Marilah kita bersama-sama membangun citra positif di masyarakat tentang kedudukan diri kita sebagai mahasiswa. Berfikir dan bertingkah laku sesuai rasional yang baik akan membuat segala tindakan kita lebih terorganisir.

Aksi-aksi demo anarkis yang dilakukan oleh mahasiswa beberapa waktu lalu, banyak disayangkan berbagai pihak. Karena mereka merusak fasilitas umum yang merupakan milik bersama bukanlah solusi yang tepat untuk dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh negara ini. Malahan itu akan membuat masalah semakin melebar, beban pemerintah menjadi lebih berat dan tentunya merugikan banyak pihak. Namun, kenapa mahasiswa lebih memilih merusak fasilitas umum, itu karena mereka sudah tidak melihat jalan lain lagi guna mendesak pemerintah agar mendengarkan isi hati mereka sebagai warga negara. Akal sehat pun sirna ketika apa yang ingin disampaikan gagal tersampaikan, sehingga cara paling kasar dan bukan mencirikan kaum intelektual harus dilakukan. Kegagalan dalam penyampaian aspirasi telah membutakan tindakan yang salah menjadi benar.


Ni Kadek Yuliandari
Mahasiswi Jurusan Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha

Ubah Pola Pikir untuk Turunkan Angka Kemiskinan

Suara Mahasiswa
Ubah Pola Pikir untuk Turunkan Angka Kemiskinan


TINGGINYA angka kemiskinan di negara Indonesia merupakan persoalan sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi dengan baik oleh pemerintah. Kemiskinan di negeri ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah, namun ini akan menjadi persoalan yang harus dipecahkan bersama antara pemerintah dan masyarakat. Apabila hanya 
dari pemerintah yang berinisiatif untuk menurunkan angka kemiskinan, namun dari masyarakat itu sendiri tidak mau mendukung, maka akan sia-sia saja program yang telah direncanakan untuk kemajuan masyarakatnya.

Kemiskinan di negari ini sejak dulu belum juga bisa teratasi. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas kemiskinan negeri ini, namun hasilnya masih sangat jauh dari harapan. Masih sangat banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.

Inilah fenomena sosial yang sedang dihadapi oleh bangsa kita. Upaya untuk memberantas kemiskinan yang dimulai dengan cara menurunkan angka pengangguran merupakan cara paling efektif untuk menurunkan angka kemiskinan. Pemerintah harus berupaya untuk mencari lapangan usaha bagi mereka yang saat ini sedang menganggur. Namun, kembali lagi, jangan hanya pemerintah saja yang bergerak, masyarakat pun harus lebih kreatif dalam pengembangkan pola pikirnya. Jangan hanya menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang kita ketahui dan sudah menjadi rahasia umum bahwa ada pungutan-pungutan yang tidak masuk akal dan entah ke mana larinya pungutan tersebut.

Sebagai masyarakat yang cerdas dengan adanya kemajuan teknologi, marilah kita bersama-sama membantu pemerintah memecahkan masalah kemiskinan yang sudah menjadi penyakit akut negeri ini. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Generasi muda pun harus memiliki pemikiran yang luas dan berorientasi ke depan, sekolah jangan sekadar sekolah saja, namun sekolahlah untuk mendapatkan ilmu. Mari bersama-sama membangun negara ini untuk menjadi negara yang lebih baik dari saat ini agar kita sebagai generasi muda tidak hanya membebani pemerintah, namun buktikan kita mampu memberikan sesuatu kepada negara ini.


Ni Kadek Yuliandari
Mahasiswi Semester IV Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

Jangan Sekadar Kejar ''Rating'' Cerita dan Hiburan di TV Harus Mencerdaskan

Suara Mahasiswa
Jangan Sekadar Kejar ''Rating''
Cerita dan Hiburan di TV Harus Mencerdaskan


TELEVISI saat ini adalah media massa yang paling banyak memengaruhi masyarakat untuk mendapatkan informasi. Menurut Survei International Foundation for Election System (IFES), 85% masyarakat Indonesia memperoleh informasi dari televisi. Acara televisi yang mendominasi adalah sinetron. Kecuali yang ada genre khususnya. Acara sinetron yang sekarang sedang tayang inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, dalam hal ini lembaga penyiaran pengontrol tayangan televisi. Karena sinetron yang tayang sekarang cenderung memiliki cerita yang hampir sama.

Sinetron yang tayang sekarang ini cenderung hanya mengejar rating. Walaupun mungkin memang banyak peminatnya (rating-nya tinggi) sehingga sinetron ini ceritanya hingga ratusan episode, tetapi tidak semestinya sinetron tersebut diperpanjang dengan cerita yang mustahil dan berlebihan. Pemerintah semestinya memantau dan memberikan peringatan kepada yang memproduksi sinetron tersebut agar membuat cerita yang lebih logis, menghibur dan tentunya yang mendidik. Karena selama ini masyarakat telah terbiasa menonton sinetron yang pemainnya cantik, tampan dan cerita yang dramatis. Mereka tidak sadar akan dampak dari sinetron tersebut.

Ada sinetron yang diambil dari latar belakang sejarah, namun ceritanya sangat berbeda dan tidak masuk akal. Ini akan berdampak negatif kepada generasi muda yang menontonnya. Banyak generasi muda bahkan kaum ibu yang bisa terpengaruh oleh cerita tersebut. Karena menurut mereka, mereka menonton dari televisi, sedangkan televisi adalah sumber informasi. Mereka bisa bercerita kepada generasi muda yang berikutnya, bahwa ada cerita sejarah yang memiliki versi tahun sekian seperti ini. Ini namanya pembodohan dengan menayangkan sinetron-sinetron yang hanya memikirkan rating saja.

Masyarakat kita jangan dimanjakan untuk menikmati acara hiburan seperti itu. Walaupun memang untuk membuat acara yang bagus dan mendidik sangat susah, namun di sinilah tugas pemerintah untuk memantau dan bekerja sama dengan pihak-pihak televisi untuk membuat acara yang berkualitas dan mampu mencerdaskan anak bangsa.


Ni Luh Sophia Pandan Sari D
Mahasiswi Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha

Mewarisi Semangat Kartini dengan Baik

Suara Mahasiswa
Mewarisi Semangat Kartini dengan Baik


TANGGAL 21 April ini, bangsa ini memperingati Hari Kartini. Hari yang dikenal sebagai hari kebangkitan para perempuan di Indonesia. Hari yang dianggap sebagai hari penyetaraan hak antara perempuan dan lakilaki. Hari di mana seorang
perempuan bernama Kartini lahir, seorang perempuan yang mengentas kaumnya dari kebodohan. Sudah sepantasnya
perempuan Indonesia masa kini mencontoh perjuangan RA Kartini. Sehingga kita mampu menemukan sosok Kartini-kartini masa kini.
Pemikiran Kartini akan pentingnya pendidikan untuk kaum perempuan sudah selayaknya kita jadikan referensi untuk pengembangan dunia pendidikan saat ini. Sehingga tokoh pendidikan saat ini tidak hanya dihiasi oleh kaum adam saja. Sudah
selayaknya kaum hawa menunjukkan dirinya sebagai bukti semangat Kartini yang melekat pada perempuan-perempuan Indonesia terwariskan dengan baik. Marilah kita semua mengajak
perempuan-perempuan Indonesia untuk mampu mewarisi semangat Kartini, khususnya dalam bidang pendidikan. Sehingga mampu membawa setetes penyegaran di tengah dahaganya kita akan kualitas pendidikan Indonesia yang sangat memprihatinkan.


Ni Made Deviani Medawati
Mahasiswi Jurusan Manajemen, Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Pendidkan Ganesha

Pilkada Bukan Ajang ’’Milu-milu’’

Suara Mahasiswa
Pilkada Bukan Ajang ’’Milu-milu’’


PILKADA sering menjadi ajang promosi bagi para kandidat kepala daerah. Segala cara sering kali dilakukan untuk mendapat simpati dari masyarakat, hingga kadang jalan pintas pun dianggap pantas, dan etika-etika dalam politik seakan bukan hambatan. Terkadang
masyarakat pun terpedaya oleh sihir-sihir di zaman modern seperti
sekarang ini. Di balik itu semua, ada sisi positif yang dibawa oleh pilkada jika kita sadari, yaitu masyarakat secara tidak sadar menyatu, terlepas dari perbedaan golongan, agama, sosial, dan lain-lain. Masyarakat menyatukan aspirasi mereka demi calon unggulannya. Seandainya hal ini terus terjagi sampai calon kepala daerah terpilih, pastinya stabilitas di daerah akan sangat bagus, yang nanti manfaatnya juga akan berujung kepada masyarakat Singaraja. Oleh karena itu sebagai pemilih yang mempunyai hak suara, mari memilih dengan hati nurani, bukan karena iming-iming materi yang dijanjikan atau bukan karena sekadar milumilu
(ikut-ikutan). Karena kebanyakan pemimpin setelah terpilih mengingkari janjinya. Oleh karena itu mari kita sebagai masyarakat mulai sadar untuk memilih dengan nurani, demi membawa Singaraja ke arah yang lebih baik. Satu hati, satu tujuan menuju Singaraja 1. Semoga calon yang terpilih benar-benar berkualitas dan mampu menakhodai Singaraja untuk mengarungi badai masalah/persoalan yang ada saat ini. Siapa pun yang terpilih sama saja, biru, merah, kuning, hijau, selama mereka mau berpikir untuk rakyat dan demi rakyat, tidak menggantungkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bersama, niscaya kepemimpinan yang berkualitas akan lahir.

I Putu Lanang Eka Sudiarta
Mahasiswa Jurusan Manajemen 
Fak. Ilmu Sosial Undiksha Singaraja

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons