Suara Hati
Memutus Rantai Kemiskinan Melalui Pendidikan
DIPANDANG dari sisi ekonomi, ada tiga penyebab kemiskinan. Pertama, secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan
akses dalam modal. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya menjadi penyebab rendahnya tingkat upah yang diterima. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya pendidikan.
Pendidikan dan kemiskinan itu ibarat dua kutub yang saling berhubungan. Seringkali kemiskinan menjadi penyebab anak didik kehilangan kesempatan atau haknya untuk mengenyam pendidikan. Di sisi lain, pendidikan adalah tol untuk mencerdaskan bangsa yang mampu memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri. Fakta di lapangan menyebutkan banyak anak-anak dari keluarga miskin yang kehilangan hak pendidikannya. Selama ini rakyat miskin telah terpasung oleh kemiskinannya untuk memperoleh pendidikan yang baik, termasuk mencari ilmu di perguruan tinggi. Akibat keterpasungan itulah realita yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin masih kerap terjadi. Rakyat miskin tidak bisa memperoleh pekerjaan yang baik di pasaran kerja karena kalah bersaing dengan rakyat yang memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Cara bijak yang harus dilakukan pemerintah dalam konteks memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan adalah dengan memberikan beasiswa untuk rakyat miskin. Tetapi hal itu tidak cukup, secara bersamaan pemerintah harus memperluas lapangan pekerjaan dari perspektif kuantitas dan variasi keterampilan yang dibutuhkan. Investasi hendaknya diperluas jenisnya ke usaha-usaha yang bersifat padat karya bukan padat modal. Masyarakat Bali juga harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan sehingga mampu memasuki berbagai variasi segmentasi jenis pekerjaan yang tersedia.
I Nengah Suarmanayasa, S.E.,M.Si.
Dosen S-1 Manajemen Undiksha Singaraja
Br. Selatnyuhan, Pengiangan, Susut, Bangli
Pendidikan dan kemiskinan itu ibarat dua kutub yang saling berhubungan. Seringkali kemiskinan menjadi penyebab anak didik kehilangan kesempatan atau haknya untuk mengenyam pendidikan. Di sisi lain, pendidikan adalah tol untuk mencerdaskan bangsa yang mampu memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri. Fakta di lapangan menyebutkan banyak anak-anak dari keluarga miskin yang kehilangan hak pendidikannya. Selama ini rakyat miskin telah terpasung oleh kemiskinannya untuk memperoleh pendidikan yang baik, termasuk mencari ilmu di perguruan tinggi. Akibat keterpasungan itulah realita yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin masih kerap terjadi. Rakyat miskin tidak bisa memperoleh pekerjaan yang baik di pasaran kerja karena kalah bersaing dengan rakyat yang memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Cara bijak yang harus dilakukan pemerintah dalam konteks memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan adalah dengan memberikan beasiswa untuk rakyat miskin. Tetapi hal itu tidak cukup, secara bersamaan pemerintah harus memperluas lapangan pekerjaan dari perspektif kuantitas dan variasi keterampilan yang dibutuhkan. Investasi hendaknya diperluas jenisnya ke usaha-usaha yang bersifat padat karya bukan padat modal. Masyarakat Bali juga harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk keluar dari keterbelakangan dan ketertinggalan sehingga mampu memasuki berbagai variasi segmentasi jenis pekerjaan yang tersedia.
I Nengah Suarmanayasa, S.E.,M.Si.
Dosen S-1 Manajemen Undiksha Singaraja
Br. Selatnyuhan, Pengiangan, Susut, Bangli
1 komentar:
keren sekali pak arman !
super sekalii !!
Posting Komentar